Kisah Inspiratif Para Pendosa :Ketika Rahmat Mencari yang Sesat
Kisah Inspiratif Para Pendosa :Ketika Rahmat Mencari yang Sesat
Di sebuah kota kecil pada masa para tabi’in dahulu, hidup seorang lelaki bernama Sa’ban. Namanya tidak terkenal karena ilmu, bukan pula karena kebaikan. Justru sebaliknya—penduduk mengenalnya sebagai lelaki yang sering terjerumus ke dalam maksiat. Ia sering terlihat di tempat-tempat yang membuat orang baik menggelengkan kepala.
Namun satu hal jarang diketahui orang: setiap kali malam tiba, ketika hiruk pikuk mereda, Sa’ban duduk sendirian sambil memandang langit. Ada sesuatu yang sering mengguncang hatinya. Entah rasa bersalah, entah kerinduan pada ketenangan yang belum pernah ia rasakan.
Suatu malam, setelah melakukan dosa yang membuatnya semakin membenci dirinya sendiri, ia pulang dengan hati runtuh. Ia menutup pintu rumahnya pelan, lalu bersimpuh. Tidak ada karpet tebal, tidak ada cahaya lampu, hanya remang-remang bulan yang masuk lewat jendela.
Dengan suara pecah, ia berdoa:
“Tuhanku… aku tahu hidupku kotor. Aku tidak punya satu pun amal yang bisa kuandalkan. Jika Engkau menghukumku, itu memang pantas bagiku.
Tapi jika Engkau mengampuniku… itu hanya karena Engkau Maha Pengasih.”
Doa itu keluar begitu saja—kacau, tidak beraturan, tetapi jujur. Dan pada malam itu, sebelum fajar tiba, ajal menjemputnya.
Keesokan harinya, kabar kematian Sa’ban menyebar cepat. Banyak orang menganggap wafatnya adalah “akhir yang wajar bagi orang penuh dosa”. Tapi Tuhan selalu punya cara mematahkan kesimpulan manusia.
Beberapa hari kemudian, seorang tabi’in saleh bernama Hasan al-Bashri bermimpi. Dalam mimpinya ia melihat Sa’ban berada di sebuah taman luas yang memancarkan cahaya lembut. Lelaki yang dulu sering dihina itu muncul dengan wajah cerah, mengenakan pakaian putih yang tak pernah ia miliki semasa hidupnya.
Dalam mimpi itu Hasan bertanya,
“Sa’ban, bagaimana mungkin engkau berada di tempat semulia ini?”
Sa’ban tersenyum, bukan senyum sombong, melainkan senyum orang yang akhirnya menemukan kedamaian.
Ia menjawab,
“Tuhanku mengampuniku. Bukan karena aku banyak kebaikan, tapi karena aku pulang kepada-Nya dengan hati yang benar - benar patah dan hati yang jujur.”
Ketika Hasan al-Bashri terbangun, ia gemetar. Ia lalu berkata kepada murid-muridnya:
“Jangan pernah meremehkan orang yang berdosa. Terkadang ia menghadap Allah dengan hati yang lebih jernih daripada kita.
Makna di Balik Kisah Ini
Kisah Sa’ban mengajarkan satu kenyataan besar:
Manusia sering hanya melihat permukaan, tetapi Allah melihat hati terdalam.
Seseorang yang hidupnya penuh kesalahan bukan berarti tertutup dari rahmat. Kadang justru rasa bersalah itulah yang membuka pintu taubat paling tulus.
Dan tidak ada yang lebih indah daripada seseorang yang kembali kepada Tuhannya ketika seluruh dunia menganggap ia tidak layak kembali.

Posting Komentar untuk "Kisah Inspiratif Para Pendosa :Ketika Rahmat Mencari yang Sesat"
Posting Komentar