Gus Dur dan Etika Hidup: Hidup Dalam Perbedaan dan Menjadi Manusia Seutuhnya


Oleh Riski Ermanda,S. Pd

Gus Dur dan Etika Hidup: Hidup Dalam Perbedaan dan Menjadi Manusia Seutuhnya


KH. Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, bukan hanya seorang ulama dan negarawan kini beliau resmi dianugerahi gelar pahlawan bangsa. Beliau seorang pejuang yang mampu bersuara lantang terhadap tegaknya nilai - nilai kemanusiaan.

Hal ini selalu mengingatkan kita bahwa hidup ini lebih dari sekadar mengejar materi, papoleritas ataupun jabatan—hidup adalah tentang bagaimana kita bersikap terhadap sesama dalam rangka membangun peradaban. Bagi Gus Dur, kehidupan kita perlu mengenal  etika hidup yang merupakan inti dari keberadaan manusia.

Etika hidup ini menurut Gus Dur bukan aturan kaku yang hanya ada di buku, tapi cara kita menghadapi dunia, berinteraksi dengan orang lain, dan merawat kemanusiaan dalam diri sendiri untuk mempertegas jati diri dan sikap kita bagaimana memperlakukan orang lain dengan bingkai keharmonisannya. 

Semasa hidupnya beliau selalu membimbing kita agar setiap tindakan harus dilandasi rasa hormat, ketulusan, cinta kasih sayang, kejujuran, keikhlasan dan kepedulian. Karena menurut beliau kita adalah makhluk sosial bukan hanya hidup untuk diri sendiri, tetapi juga untuk membangun masyarakat yang adil, damai, dan saling menghargai, dan menjaga keharmonisan bersama.

Yang paling menonjol dari pemikiran Gus Dur adalah penghargaan terhadap perbedaan. Di tengah Indonesia yang kaya akan suku, budaya, dan agama, Gus Dur melihat pluralisme sebagai kekayaan, bukan sumber konflik. Baginya, etika hidup berarti menerima orang lain apa adanya, bahkan jika berbeda keyakinan atau pandangan politik. Ia selalu menekankan: toleransi saja tidak cukup; yang dibutuhkan adalah penghargaan, penghormatan dan perlindungan terhadap asas - asas kemanusiaan sehingga kita dapat terhindar dari suatu sikap ekstimis yang malah membantai dan menghancurkan nilai kemanusiaan itu sendiri.

Etika hidup juga berarti bertanggung jawab sosial. Gus Dur percaya bahwa menjadi manusia baik tidak hanya soal bersikap benar, tetapi juga membantu mereka yang lemah, memperjuangkan keadilan, dan menjaga bumi tempat kita dilahirkan, Hidup bermartabat adalah hidup yang memberi manfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk orang banyak.

Dari pandangannya yang sangat papuler inilah, ketika kita lihat Gusdur mengajarkan kita tentang arti keharmonisan yang jauh dari kekerasan baik sikap maupun tindakan.

Singkatnya, etika hidup ala Gus Dur adalah etika kemanusiaan yang nyata: menghormati perbedaan, menjaga keadilan, dan menebar kebaikan. Ia mengajak kita untuk menjadi manusia seutuhnya—manusia yang mampu berdamai dengan sebuah perbedaan serta mampu mencari titik temu atas solusi ditengah bertebtangannya suatu pandangan, beliaulah sosok agamawan dan negarawan yang moderat yang mampu menampilkan citra Islam yang damai dan merayakan perbedaan sebagai kekuatan utama dalam mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan.

Kalau kita mau meneladani Gus Dur, hidup bukan hanya soal bertahan atau sukses, tetapi tentang menjadi manusia yang hangat, adil, dan penuh empati. Karena pada akhirnya, kemanusiaan kita diukur dari bagaimana kita memperlakukan orang lain, bukan dari seberapa tinggi jabatan atau harta yang kita miliki.

Posting Komentar untuk "Gus Dur dan Etika Hidup: Hidup Dalam Perbedaan dan Menjadi Manusia Seutuhnya"