Qunun Kasasi Ala Hadratussyeh KH Hasyim Asy'ari

Sumber: PCNU Mojokerto 


Qunun Kasasi Ala Hadratussyeh KH Hasyim Asy'ari 


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Pada hari yang mulia ini, khatib berwasiat kepada diri pribadi dan kepada seluruh jama'ah sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Takwa dalam arti Imtitsalu awamirihi wajtinabu nawahihi, menjalankan segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Hadirin Rahimakumullah,

Setiap dari kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Namun, sebuah kepemimpinan—baik dalam skala negara, organisasi, maupun keluarga—tidak akan pernah bisa kokoh jika di dalamnya terjadi perpecahan (tafarruq).

Inilah kegelisahan terbesar yang dirasakan oleh guru kita, pendiri jam'iyyah Nahdlatul Ulama, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari. Beliau melihat umat terpecah-belah, para ulama saling berselisih, dan penjajah (baik fisik maupun pemikiran) bersorak-sorai di atas kelemahan kita.

Maka, dari kegelisahan itulah beliau merumuskan sebuah warisan pemikiran agung yang tertuang dalam Qanun Asasi (Prinsip Dasar) NU.

Apakah inti dari Qanun Asasi itu? Intinya adalah sebuah panggilan yang bergetar, memohon kepada kita semua untuk kembali mengamalkan satu perintah inti dari Allah SWT. Perintah itu tertuang dalam Surah Ali Imran, ayat 103:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Artinya: "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah secara bersama-sama (ber-jama'ah), dan janganlah kamu bercerai-berai..." (Q.S. Ali Imran: 103).

Inilah jantung dari pemikiran Mbah Hasyim. Beliau melihat ayat ini dilupakan. Umat Islam sibuk saling menyalahkan dalam urusan furu'iyyah (cabang), sementara ushul (pokok) agama mereka, yaitu persatuan (al-ittihad), sedang diruntuhkan.

Hadirin Rahimakumullah,

Mengapa Mbah Hasyim begitu "terobsesi" dengan persatuan? Di sinilah letak Dalil Aqliyah (argumen rasional) beliau.

Kita bisa menggunakan analogi sapu lidi.

Satu batang lidi, betapapun kuatnya, akan sangat mudah dipatahkan oleh anak kecil sekalipun. Ia tidak memiliki kekuatan, tidak memiliki fungsi. Ia lemah.

Tetapi, jika seratus batang lidi dikumpulkan, diikat dalam satu ikatan yang kokoh, ia berubah nama menjadi "Sapu". Ia kini memiliki kekuatan. Ia memiliki fungsi. Ia tidak bisa lagi dipatahkan oleh tangan orang dewasa.

Mbah Hasyim melihat umat Islam saat itu (dan mungkin saat ini) laksana lidi-lidi yang tercerai-berai. Masing-masing merasa hebat, masing-masing merasa paling benar. Akibatnya? Kita mudah dipatahkan, kita mudah dijajah, kita mudah diadu domba.

Secara rasional, kekuatan hanya bisa lahir dari persatuan. Dan persatuan hanya bisa lahir dari kesadaran untuk mengikatkan diri dalam satu tali yang sama, yaitu Hablillah (Tali Allah).

Inilah Manhajul Fikr Aswaja. Kita mungkin berbeda pendapat dalam fiqih, tapi kita wajib bersatu dalam ukhuwwah.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Logika rasional Mbah Hasyim ini sejatinya adalah penegasan atas apa yang disabdakan oleh Junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Rasulullah bersabda dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

Artinya: "Seorang mukmin bagi mukmin lainnya adalah laksana satu bangunan (yang kokoh), yang satu bagian dengan bagian lainnya saling menguatkan." (HR. Bukhari & Muslim)

Rasulullah memberikan analogi "Bangunan". Mbah Hasyim memberikan analogi "Sapu Lidi". Keduanya memiliki makna yang sama: Tidak ada kekuatan tanpa persatuan.

Pertanyaannya, apakah para Sahabat Nabi telah mempraktikkan ini? Tentu saja.

Mari kita lihat riwayat para Sahabat Nabi. Contoh terbaik adalah keteguhan Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq dan ketaatan Sayyidina Umar bin Khattab pasca wafatnya Rasulullah.

Ketika Rasul wafat, muncullah kelompok yang murtad dan kelompok yang membangkang membayar zakat. Awalnya, Sayyidina Umar (yang terkenal keras) memiliki pandangan berbeda dengan Khalifah Abu Bakar. Sayyidina Umar berkata, "Bagaimana mungkin kita memerangi orang yang masih shalat?"

Tapi Sayyidina Abu Bakar (yang terkenal lembut) justru menunjukkan ketegasannya sebagai pemimpin: "Demi Allah, akan kuperangi siapapun yang membedakan antara shalat dan zakat!"

Apa yang terjadi? Apakah Sayyidina Umar memberontak atau membuat kelompok sendiri karena pandangannya ditolak? Tidak!

Sayyidina Umar berkata: "Maka aku pun sadar, bahwa Allah telah melapangkan dada Abu Bakar untuk keputusan itu, dan aku tahu itulah yang benar."

Inilah Manhaj para Sahabat. Mereka mungkin berselisih pendapat dalam ijtihad, tetapi mereka bersatu dalam satu komando kepemimpinan. Mereka tidak membiarkan ego pribadi merusak "Bangunan" Islam.

Inilah yang diinginkan Mbah Hasyim dalam Qanun Asasi. Beliau ingin para Kiai, para kader, dan para santri meneladani akhlak Sayyidina Umar: tunduk pada kebenaran yang lebih besar, yaitu persatuan jama'ah.

Marilah kita, di hari Jumat yang mulia ini, merenung. Sudahkah kita mengamalkan Qanun Asasi Mbah Hasyim? Ataukah kita masih menjadi lidi-lidi tercerai yang mudah dipatahkan?

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

KHUTBAH KEDUA

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، اتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.

اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ.

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً, وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

أَقِيمُوا الصَّلَاةَ

Posting Komentar untuk "Qunun Kasasi Ala Hadratussyeh KH Hasyim Asy'ari "