Tiga Pilar Pemikiran Fundamental Warga NU: Manhajul Fikr Mbah Hasyim Asy'ari
Tiga Pilar Pemikiran Fundamental Warga NU: Manhajul Fikr Mbah Hasyim Asy'ari
Oleh: Pimpinan Redaksi
PACGPANSORGILIGENTING.ID – Mengapa Nahdlatul Ulama (NU) memilih jalan moderat? Mengapa kader Ansor dan Banser, di satu sisi, begitu gigih merawat tradisi seperti tahlilan dan maulid, sementara di sisi lain, begitu kokoh menjadi garda terdepan pembela Pancasila dan NKRI?
Banyak yang mengira ini adalah sikap politik. Padahal, ini adalah sikap teologis yang akarnya menghujam langsung ke generasi terbaik umat ini: para Sahabat Nabi.
Semua tindakan kita, dari amaliyah harian hingga cara kita bernegara, berakar dari sebuah kerangka berpikir sistematis yang telah digariskan oleh Rais Akbar NU, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari. Kerangka berpikir ini adalah Manhajul Fikr (Metodologi Berpikir).
Bagi Mbah Hasyim, Manhaj ini bukanlah ciptaan baru. Ini adalah formulasi ulang dari metodologi yang telah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan para Sahabatnya.
Landasan naqli (tekstual) paling fundamental dari Manhajul Fikr ini adalah Hadits masyhur tentang perpecahan umat (Hadits Iftiraqul Ummah). Rasulullah SAW bersabda:
"...Dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu golongan." Para sahabat bertanya, "Siapakah satu golongan yang selamat itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي"
Artinya: "(Golongan itu adalah) mereka yang memegang teguh apa yang aku dan para sahabatku pegang pada hari ini." (HR. At-Tirmidzi)
Inilah definisi "Ahlussunnah wal Jama'ah". "Aswaja" adalah mereka yang berpegang pada sunnah Nabi dan metodologi (Manhaj) para Sahabat (Ashabi).
Manhajul Fikr Mbah Hasyim adalah metodologi ilmiah untuk memastikan kita—di abad ke-21 ini—tetap berada di atas rel "Aku dan Sahabatku" itu.
Apakah para Sahabat mempraktikkan Manhajul Fikr yang seimbang (antara Teks dan Akal)? Tentu saja.
Contoh terbaik adalah ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib berdebat dengan kaum Khawarij.
Kaum Khawarij adalah kelompok "Ekstrem Kanan" pertama dalam sejarah Islam. Mereka adalah ahli ibadah, penghafal Qur'an, namun sangat kaku dalam memahami teks. Mereka memberontak dan mengkafirkan Sayyidina Ali dengan dalil Al-Qur'an, Surah Al-An'am ayat 57:
"إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ" (Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah).
Bagi kaum Khawarij, karena Sayyidina Ali menerima tahkim (arbitrase) dengan Muawiyah, berarti ia telah menyerahkan hukum kepada manusia, dan oleh karena itu ia telah KAFIR.
Apa jawaban Sayyidina Ali? Beliau tidak membantah ayat itu. Beliau justru menunjukkan Manhajul Fikr yang brilian dengan berkata:
"كَلِمَةُ حَقٍّ أُرِيدَ بِهَا بَاطِلٌ"
Artinya: "(Itu adalah) Kalimat yang BENAR, tetapi digunakan untuk tujuan yang BATIL."
Sayyidina Ali (seorang Sahabat Nabi!) mengajarkan kita bahwa teks (Naqli) tidak bisa dipahami secara buta. Teks membutuhkan konteks dan akal (Aqli) untuk memahaminya dengan benar. Inilah Manhajul Fikr Aswaja dalam praktiknya, yang diperagakan langsung oleh Sahabat Nabi.
Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, dalam Qanun Asasi NU, kemudian menyistematiskan Manhaj para Sahabat ini ke dalam tiga pilar yang kokoh, yang sering kita kaji di NU Online:
Pilar Aqidah (Teologi) – Mengikuti Asy'ari & Maturidi
Jejak Sahabat: Para Sahabat memiliki aqidah yang lurus, menyeimbangkan antara ikhtiyar (usaha) dan tawakkal (pasrah).
Formulasi Mbah Hasyim: Mengikuti Imam al-Asy'ari dan al-Maturidi.
Alasan (Dalil Aqli): Karena metodologi Asy'ari adalah jalan tengah rasional yang melawan dua ekstrem: (1) Ekstrem Jabariyah (terlalu pasrah, anti-akal) dan (2) Ekstrem Mu’tazilah/Qadariyah (terlalu mendewakan akal, seperti kaum Khawarij modern).
2. Pilar Fiqih (Hukum) – Mengikuti Salah Satu 4 Mazhab
Jejak Sahabat: Para Sahabat yang awam akan taqlid (mengikuti) fatwa Sahabat lain yang lebih alim (disebut fuqaha Sahabat), seperti Ibnu Abbas atau Ibnu Umar.
Formulasi Mbah Hasyim: Mengikuti Imam Hanafi, Maliki, Syafi'i, atau Hanbali.
Alasan (Dalil Naqli): Sesuai perintah Allah SWT,
("Bertanyalah kepada Ahli Pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." - Q.S. An-Nahl: 43). Para Imam Mazhab adalah "Ahli Pengetahuan" di bidang fiqih.
Alasan (Dalil Aqli): Ber-mazhab adalah cara ilmiah paling aman untuk mengikuti syariat, melindungi kita dari kesombongan menafsirkan Qur'an/Hadits sendiri tanpa alat yang memadai.
3. Pilar Tasawwuf (Spiritualitas) – Mengikuti Al-Ghazali & Junaid
Jejak Sahabat: Para Sahabat adalah pribadi yang zuhud, memiliki akhlaqul karimah (akhlak mulia), namun tetap membumi dan menjalankan syariat.
Formulasi Mbah Hasyim: Mengikuti Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali.
Alasan (Dalil Aqli): Sesuai nasehat Imam Malik yang sering dikutip Mbah Hasyim, "Barangsiapa ber-Fiqih tanpa ber-Tasawwuf, ia akan Fasiq (kering hatinya). Barangsiapa ber-Tasawwuf tanpa ber-Fiqih, ia akan Zindiq (sesat)." Kita mengambil jalan tengah Tasawwuf Akhlaqi yang menyeimbangkan batin dan lahir.

Posting Komentar untuk "Tiga Pilar Pemikiran Fundamental Warga NU: Manhajul Fikr Mbah Hasyim Asy'ari "
Posting Komentar