Islam Itu Mengajak Bukan Menginjak
Islam Itu Mengajak Bukan Menginjak
Islam adalah agama yang hadir sebagai rahmatan lil ‘alamin, atau kasih sayang bagi seluruh alam semesta. Inti dari penyebaran ajaran mulia ini bukanlah paksaan, kekerasan, atau penghakiman, melainkan ajakan (dakwah) yang tulus dan penuh kebijaksanaan. Sering kita dengar ungkapan bijak dari para kiai kita, "Islam itu mengajak, bukan menginjak," yang bermakna bahwa dalam menyampaikan kebenaran, kita harus menggunakan cara yang santun, merangkul, dan menghargai martabat manusia, bukan malah menyakiti, merendahkan, apalagi memaksa.
Coba kita tengok kembali teladan terbaik kita, Baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam sejarahnya, kita melihat bagaimana beliau berdakwah dengan kelembutan hati yang luar biasa. Saat beliau dilempari kotoran, diludahi, atau bahkan dilempari batu hingga terluka di Thaif, beliau tidak membalas dengan kutukan. Sebaliknya, beliau mendoakan agar keturunan mereka kelak mendapatkan hidayah. Inilah bukti nyata bahwa esensi dakwah adalah merebut hati manusia dengan kasih sayang, bukan mengalahkan mereka dengan amarah.
Teladan agung ini kemudian diwarisi dengan sempurna oleh para sahabat. Salah satu contoh terindah adalah kisah dakwah Sayyidina Mush’ab bin Umair RA. Ketika beliau diutus oleh Rasulullah SAW sebagai duta Islam pertama ke Madinah, beliau tidak datang dengan pasukan atau paksaan. Beliau berhadapan dengan tokoh-tokoh kuat Madinah yang awalnya sangat menentang. Suatu ketika, seorang pemimpin bernama Usaid bin Hudhair mendatanginya dengan tombak terhunus, penuh amarah, dan menyuruhnya berhenti berdakwah. Alih-alih membalas dengan kekerasan, Sayyidina Mush'ab dengan tenang dan penuh wibawa berkata, "Maukah Anda duduk sebentar dan mendengarkan? Jika Anda menyukainya, silakan Anda terima. Namun, jika Anda tidak menyukainya, kami akan pergi." Usaid pun luluh, duduk, dan mendengarkan lantunan ayat Al-Qur'an. Hatinya tergetar dan ia pun masuk Islam.
Metode dakwah yang santun ini sejatinya adalah perintah langsung dari Allah SWT. Sebagaimana sering dikaji di berbagai platform, termasuk di situs NU Online, kita diingatkan dalam Al-Qur'an Surat An-Nahl ayat 125:
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (bijaksana) dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik."
Perintah untuk "mengajak" dengan cara yang baik ini dipertegas lagi oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang sangat terkenal. Beliau menasihati para sahabat agar selalu mengedepankan kemudahan. Diriwayatkan oleh Sahabat Anas bin Malik RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، وَبَشِّrُوا وَلاَ تُنَفِّrُوا
Artinya: "Permudahlah dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan membuat orang lari." (HR. Bukhari & Muslim/Muttafaqun 'alaih)
Hadis ini adalah panduan praktis yang sempurna. Dakwah harus membuat orang tertarik (diberi kabar gembira), bukan malah lari ketakutan (karena dipersulit atau 'diinjak').
Sikap "menginjak" adalah cerminan dari kesombongan dan merasa diri paling benar. Ini terjadi ketika dakwah dilakukan dengan marah-marah, mudah menyalahkan orang lain (takfiri), dan memaksakan pandangan. Dakwah yang kasar hanya akan membuat orang lari menjauh dan memandang Islam sebagai agama yang menakutkan, padahal Islam adalah agama kedamaian.
Bagi kita yang memegang teguh prinsip Aswaja (Ahlussunnah wal Jama'ah), sikap tawasuth (tengah-tengah, moderat) adalah kuncinya. Kita tidak boleh terlalu keras (ekstrem kanan) sehingga mudah menyalahkan, dan tidak boleh terlalu longgar (ekstrem kiri) sehingga mengabaikan prinsip. Dalam berdakwah di tengah masyarakat Indonesia yang beragam ini, sikap "mengajak" dengan ramah dan menghormati perbedaan (tasamuh) adalah wajib.
Pada akhirnya, kita harus sadar bahwa hidayah itu mutlak milik Allah. Tugas kita sebagai manusia hanyalah menyampaikan kebaikan dengan cara yang paling baik. Mengajak dengan kelembutan adalah meneladani akhlak Nabi dan para sahabatnya, sedangkan "menginjak" dengan kekerasan hanyalah menuruti hawa nafsu

Posting Komentar untuk "Islam Itu Mengajak Bukan Menginjak"
Posting Komentar